Linux dan Virus
Salah satu permasalahan dunia komputer saat ini, dengan berkembangnya Internet yang luar biasa cepat, adalah virus. Hampir semua virus yang menyerang pengakses Internet adalah virus untuk komputer berbasis MS Windows. Akibatnya, pengguna Windows harus selalu siap menderita atau kecewa karena terganggu virus-virus.
Berbahagialah pengguna komputer berbasis Linux, karena sangat sulit virus berkembang di komputer desktop Linux. Virus yang dibuat untuk Windows tidak merusak Linux. Bukan berarti tidak ada virus di Linux, namun virus (lebih tepat disebut worm atau cacing) yang pernah ada, hanya menyerang server Linux yang kurang terawat atau terlambat di-update keamanannya.
Linux dan GUI
Tidak seperti Windows, yang hanya memiliki SATU GUI (Graphical User Interface). Misalnya, Windows XP hanya memiliki GUI XP. Windows tidak mudah berganti-ganti GUI atau menjalankan beberapa GUI secara bersamaan, TANPA RESTART. Windows, sesuai namanya, tidak bisa hidup tanpa GUI. Linux tidak punya Windows, tapi Linux punya “window-window” atau X-Window. Artinya, secara bersamaan, kita dapat menjalankan beberapa GUI, misalnya KDE (mirip Windows XP), GNOME (mirip Windows Me), IceWM (mirip Windows 95/98), fvwm (mirip Windows 3.11), dan lain-lain. Lebih hebat lagi, Linux dapat hidup tanpa GUI.
Server-server berbasis Linux, misalnya mail server qmail yang setara MSExchange server, dapat bekerja dengan baik pada komputer Pentium I atau yang lebih kuno, dengan RAM 64 MB atau lebih kecil. Linux memiliki TUI (Text User Interface) untuk mengadministrasi sistem, misalnya YaST di SUSE dan drakxconf di Mandriva, yang dapat berjalan tanpa X Window.
Linux dapat memiliki GUI seperti Windows XP dengan hardware yang setara dengan persyaratan untuk Windows XP, misalnya minimal Pentium III, RAM 128 MB, dan sebagainya.
Linux dan Aplikasi Perkantoran
Aplikasi perkantoran yang populer di dunia Windows saat ini adalah MS Office. Sebenarnya, di Windows juga ada office selain MS Office, misalnya WordPerfect, Lotus, AbiWord, dan OpenOffice. AbiWord dan OpenOffice juga open source atau free software, seperti yang tersedia untuk Linux. Aplikasi perkantoran di Linux juga mulai mendekati kemampuan MS Office, misalnya OpenOffice. OpenOffice merupakan aplikasi perkantoran yang paling populer saat ini karena sangat kompatibel dengan MS Office. Ada juga yang lengkap, namun belum memenuhi keinginan mantan pengguna MS Office karena belum sepenuhnya kompatibel, misalnya KOffice dari KDE. AbiWord dan Gnumeric yang mendekati kesetaraan dengan MS Word dan MS Excel juga tersedia bebas di Linux.
Sayangnya, pengguna MS Access tidak menemukan database yang sangat mirip Access di OpenOffice versi 1.X. Namun, OpenOffice dapat mengakses MySQL atau PostgreSQL melalui ODBC, sehingga ada “peluang” pengguna MS Access untuk meningkatkan kemampuannya ke databse SQL, tapi bukan ke MS SQL. OpenOffice
versi 2 sudah menyediakan database seperti Access.
Jika Anda biasa menggunakan Visio di Windows, Anda dapat memilih Dia atau Kivio di Linux. Microsoft Project dapat digantikan Planner (Mr. Project). Sedangkan program accounting sederhana di Linux adalah GnuCash.
Aplikasi perkantoran yang bagus di Windows biasanya sangat mahal, misalnya Lotus Notes dan Domino. Di Linux, tersedia beragam aplikasi sejenis itu, meskipun tidak persis sama. Misalnya, BPPT telah menghasilkan Kantaya (www.software- ri.or.id/kantaya).
Linux dan Internet
Anda tentu sudah kenal Google.com atau Detik.com. Mewakili wilayah dan jangkauan yang jauh berbeda, kedua perusahaan itu telah lama menggunakan Linux.
Google sangat terkenal di dunia dan Detik sangat terkenal di Indonesia. Untuk malayani akses yang luar biasa banyak, Google menggunakan banyak komputer dengan sistem operasi Linux dan program-program open source lainnya. Menurut survey yang dilakukan www.netcraft.com, lebih dari 60% domain di Internet menggunakan server web open source Apache. Server email yang paling banyak diguankan di Internet adalah versi open source seperti Sendmail, Postfix, dan Qmail. Server DNS (Domain Name System) yang menerjemahkan alamat Internet menjadi nama domain juga menggunakan program open source seperti Bind. Di Indonesia, hampir semua ISP (Internet Service Provider), NAP (Network Access Provider) dan Data Center menggunakan Linux dan software open source lainnya sebagai tulang punggung jaringan. Mulai dari router, firewall, server DNS, web, email, dan database menggunakan software open source.
Linux dan Multimedia
Inilah kekuatan Linux yang tidak terbayangkan oleh Linus Torvalds pada saat pertama membuat kernel (inti sistem operasi) Linux. Linux saat ini telah merambah ke dunia multimedia, mulai dari sekadar multimedia player, audio dan video editor, hingga animator atau untuk pembuatan film seperti Shrek yang sangat terkenal itu. Sebagai player, atau pemutar lagu dan video, Linux membutuhkan spesifikasi yang tidak terlalu berat. Untuk menjalankan audio-CD (CDA), file MP3 atau OGG, Linux dapat bekerja pada komputer 486 dengan RAM 32 MB, tentu saja tanpa GUI yang indah. Beberapa pemutar lagu itu antara lain mpg123, ogg123, cdplay, dan playmus. Bahkan untuk memutar lagu dan video (DVD, VCD atau DAT, dan MPEG), Linux dapat bekerja tanpa harus menginstal ke harddisk, misalnya Inul-Linux, yaitu distro Linux e-Movix, yang berisi sistem operasi Linux dan Mplayer, dengan ukuran totalnya hanya sekitar 7 MB.
Masih dengan hardware rendah, Linux dapat berfungsi sebagai audio editor, misalnya dengan ecasound. Dengan spesifikasi hardware yang baik, Linux juga dapat digunakan untuk mengedit audio di X Window seperti Audacity, atau mengedit video dengan Kino, Kdenlive, Cinelerra, CinePaint, iMeraEditing, dll. Untuk urusan multimedia grafika, Linux memiliki banyak pilihan untuk membuat atau mengedit gambar. Ada GIMP untuk mengolah gambar bitmap atau raster, ada Sodipodi, Skencil, dan Inkscape untuk melukis gambar vektor, dll. GIMP setara dengan Photoshop dan sejenisnya, sedangkan Sodipodi setara dengan CorelDraw, FreeHand, dll.
Linux untuk Scientific dan Komputasi
Untuk urusan ini Linux sudah banyak dimanfaatkan oleh para ilmuwan dan engineer. Sebagai contoh, Scilab dapat menggantikan Mathlab. Untuk pengolahan data statistik, R atau OpenStat2 dan PSPP dapat menggantikan SPSS. Grass dan FreeGIS untuk GIS (Geographic Information System) seperti ArcView. GEDA (GPL Electronic Design Automation) dan SPICE untuk emulasi rangkaian elektronika. Eagle untuk membuat skema elektronika. MatPLC untuk Programmable Logic Controller berbasis software di PC. XNBC dan SNNS untuk Neural Network Simulation. Gretl untuk program econometrics. Dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebut satu per satu.
Cara Mendapatkan Linux dan Supportnya
Banyak cara mendapatkan Linux dan program-program open source. Cara yang paling enak adalah mendownload langsung dari Internet jika Anda memiliki akses Internet murah dan cepat. Cara lain adalah dengan membeli CD, buku, majalah, atau mengcopy dari teman.
Support Linux juga mudah diperoleh dari Internet. Jika Anda memiliki anggaran, Anda bisa membayar untuk support kepada perusahaan yang bergerak di bidang open source, seperti yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan software proprietary.
Cara Memilih Distro Linux
Berbeda dengan model pengembangan tertutup, pengembangan software open source mengakibatkan banyak peluang yang dapat diraih oleh orang-orang di negara miskin seperti Indonesia. Semua orang dapat mengembangkan Linux untuk kebutuhannya. Salah satu hasilnya, banyak pilihan distro atau kumpulan program berbasis Linux dalam satu paket CD, DVD, atau server di Internet.
Banyaknya distro ini bisa menjadi kendala bagi yang suka keseragaman, meskipun di beberapa perusahaan biasanya ada kecendungan memilih distro yang sama demi kemudahan perawatan dan updatenya. Bahkan beberapa lembaga atau negara mengembangkan distro sendiri agar sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya, Red Flag di China dan WinBI serta BlankOn di Indonesia. Cara praktis adalah dengan memilih distro yang banyak digunakan teman atau orang di sekitar kita. Salah satu tujuannya, agar mudah mendapatkan bantuan bila ada masalah. Contohnya, distro yang paling banyak digunakan di Indonesia awalnya adalah Red Hat yang sekarang menjadi Fedora. Yang kedua adalah Mandrake atau Mandriva. Di negara lain (berdasar data di www.distrowatch.com) tidak berbada jauh. Selain Mandrake, saat ini distro Ubuntu juga mulai banyak penggunanya.
(dari : rusmanto-risalah lokakarya dalam sains)
Salah satu permasalahan dunia komputer saat ini, dengan berkembangnya Internet yang luar biasa cepat, adalah virus. Hampir semua virus yang menyerang pengakses Internet adalah virus untuk komputer berbasis MS Windows. Akibatnya, pengguna Windows harus selalu siap menderita atau kecewa karena terganggu virus-virus.
Berbahagialah pengguna komputer berbasis Linux, karena sangat sulit virus berkembang di komputer desktop Linux. Virus yang dibuat untuk Windows tidak merusak Linux. Bukan berarti tidak ada virus di Linux, namun virus (lebih tepat disebut worm atau cacing) yang pernah ada, hanya menyerang server Linux yang kurang terawat atau terlambat di-update keamanannya.
Linux dan GUI
Tidak seperti Windows, yang hanya memiliki SATU GUI (Graphical User Interface). Misalnya, Windows XP hanya memiliki GUI XP. Windows tidak mudah berganti-ganti GUI atau menjalankan beberapa GUI secara bersamaan, TANPA RESTART. Windows, sesuai namanya, tidak bisa hidup tanpa GUI. Linux tidak punya Windows, tapi Linux punya “window-window” atau X-Window. Artinya, secara bersamaan, kita dapat menjalankan beberapa GUI, misalnya KDE (mirip Windows XP), GNOME (mirip Windows Me), IceWM (mirip Windows 95/98), fvwm (mirip Windows 3.11), dan lain-lain. Lebih hebat lagi, Linux dapat hidup tanpa GUI.
Server-server berbasis Linux, misalnya mail server qmail yang setara MSExchange server, dapat bekerja dengan baik pada komputer Pentium I atau yang lebih kuno, dengan RAM 64 MB atau lebih kecil. Linux memiliki TUI (Text User Interface) untuk mengadministrasi sistem, misalnya YaST di SUSE dan drakxconf di Mandriva, yang dapat berjalan tanpa X Window.
Linux dapat memiliki GUI seperti Windows XP dengan hardware yang setara dengan persyaratan untuk Windows XP, misalnya minimal Pentium III, RAM 128 MB, dan sebagainya.
Linux dan Aplikasi Perkantoran
Aplikasi perkantoran yang populer di dunia Windows saat ini adalah MS Office. Sebenarnya, di Windows juga ada office selain MS Office, misalnya WordPerfect, Lotus, AbiWord, dan OpenOffice. AbiWord dan OpenOffice juga open source atau free software, seperti yang tersedia untuk Linux. Aplikasi perkantoran di Linux juga mulai mendekati kemampuan MS Office, misalnya OpenOffice. OpenOffice merupakan aplikasi perkantoran yang paling populer saat ini karena sangat kompatibel dengan MS Office. Ada juga yang lengkap, namun belum memenuhi keinginan mantan pengguna MS Office karena belum sepenuhnya kompatibel, misalnya KOffice dari KDE. AbiWord dan Gnumeric yang mendekati kesetaraan dengan MS Word dan MS Excel juga tersedia bebas di Linux.
Sayangnya, pengguna MS Access tidak menemukan database yang sangat mirip Access di OpenOffice versi 1.X. Namun, OpenOffice dapat mengakses MySQL atau PostgreSQL melalui ODBC, sehingga ada “peluang” pengguna MS Access untuk meningkatkan kemampuannya ke databse SQL, tapi bukan ke MS SQL. OpenOffice
versi 2 sudah menyediakan database seperti Access.
Jika Anda biasa menggunakan Visio di Windows, Anda dapat memilih Dia atau Kivio di Linux. Microsoft Project dapat digantikan Planner (Mr. Project). Sedangkan program accounting sederhana di Linux adalah GnuCash.
Aplikasi perkantoran yang bagus di Windows biasanya sangat mahal, misalnya Lotus Notes dan Domino. Di Linux, tersedia beragam aplikasi sejenis itu, meskipun tidak persis sama. Misalnya, BPPT telah menghasilkan Kantaya (www.software- ri.or.id/kantaya).
Linux dan Internet
Anda tentu sudah kenal Google.com atau Detik.com. Mewakili wilayah dan jangkauan yang jauh berbeda, kedua perusahaan itu telah lama menggunakan Linux.
Google sangat terkenal di dunia dan Detik sangat terkenal di Indonesia. Untuk malayani akses yang luar biasa banyak, Google menggunakan banyak komputer dengan sistem operasi Linux dan program-program open source lainnya. Menurut survey yang dilakukan www.netcraft.com, lebih dari 60% domain di Internet menggunakan server web open source Apache. Server email yang paling banyak diguankan di Internet adalah versi open source seperti Sendmail, Postfix, dan Qmail. Server DNS (Domain Name System) yang menerjemahkan alamat Internet menjadi nama domain juga menggunakan program open source seperti Bind. Di Indonesia, hampir semua ISP (Internet Service Provider), NAP (Network Access Provider) dan Data Center menggunakan Linux dan software open source lainnya sebagai tulang punggung jaringan. Mulai dari router, firewall, server DNS, web, email, dan database menggunakan software open source.
Linux dan Multimedia
Inilah kekuatan Linux yang tidak terbayangkan oleh Linus Torvalds pada saat pertama membuat kernel (inti sistem operasi) Linux. Linux saat ini telah merambah ke dunia multimedia, mulai dari sekadar multimedia player, audio dan video editor, hingga animator atau untuk pembuatan film seperti Shrek yang sangat terkenal itu. Sebagai player, atau pemutar lagu dan video, Linux membutuhkan spesifikasi yang tidak terlalu berat. Untuk menjalankan audio-CD (CDA), file MP3 atau OGG, Linux dapat bekerja pada komputer 486 dengan RAM 32 MB, tentu saja tanpa GUI yang indah. Beberapa pemutar lagu itu antara lain mpg123, ogg123, cdplay, dan playmus. Bahkan untuk memutar lagu dan video (DVD, VCD atau DAT, dan MPEG), Linux dapat bekerja tanpa harus menginstal ke harddisk, misalnya Inul-Linux, yaitu distro Linux e-Movix, yang berisi sistem operasi Linux dan Mplayer, dengan ukuran totalnya hanya sekitar 7 MB.
Masih dengan hardware rendah, Linux dapat berfungsi sebagai audio editor, misalnya dengan ecasound. Dengan spesifikasi hardware yang baik, Linux juga dapat digunakan untuk mengedit audio di X Window seperti Audacity, atau mengedit video dengan Kino, Kdenlive, Cinelerra, CinePaint, iMeraEditing, dll. Untuk urusan multimedia grafika, Linux memiliki banyak pilihan untuk membuat atau mengedit gambar. Ada GIMP untuk mengolah gambar bitmap atau raster, ada Sodipodi, Skencil, dan Inkscape untuk melukis gambar vektor, dll. GIMP setara dengan Photoshop dan sejenisnya, sedangkan Sodipodi setara dengan CorelDraw, FreeHand, dll.
Linux untuk Scientific dan Komputasi
Untuk urusan ini Linux sudah banyak dimanfaatkan oleh para ilmuwan dan engineer. Sebagai contoh, Scilab dapat menggantikan Mathlab. Untuk pengolahan data statistik, R atau OpenStat2 dan PSPP dapat menggantikan SPSS. Grass dan FreeGIS untuk GIS (Geographic Information System) seperti ArcView. GEDA (GPL Electronic Design Automation) dan SPICE untuk emulasi rangkaian elektronika. Eagle untuk membuat skema elektronika. MatPLC untuk Programmable Logic Controller berbasis software di PC. XNBC dan SNNS untuk Neural Network Simulation. Gretl untuk program econometrics. Dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebut satu per satu.
Cara Mendapatkan Linux dan Supportnya
Banyak cara mendapatkan Linux dan program-program open source. Cara yang paling enak adalah mendownload langsung dari Internet jika Anda memiliki akses Internet murah dan cepat. Cara lain adalah dengan membeli CD, buku, majalah, atau mengcopy dari teman.
Support Linux juga mudah diperoleh dari Internet. Jika Anda memiliki anggaran, Anda bisa membayar untuk support kepada perusahaan yang bergerak di bidang open source, seperti yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan software proprietary.
Cara Memilih Distro Linux
Berbeda dengan model pengembangan tertutup, pengembangan software open source mengakibatkan banyak peluang yang dapat diraih oleh orang-orang di negara miskin seperti Indonesia. Semua orang dapat mengembangkan Linux untuk kebutuhannya. Salah satu hasilnya, banyak pilihan distro atau kumpulan program berbasis Linux dalam satu paket CD, DVD, atau server di Internet.
Banyaknya distro ini bisa menjadi kendala bagi yang suka keseragaman, meskipun di beberapa perusahaan biasanya ada kecendungan memilih distro yang sama demi kemudahan perawatan dan updatenya. Bahkan beberapa lembaga atau negara mengembangkan distro sendiri agar sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya, Red Flag di China dan WinBI serta BlankOn di Indonesia. Cara praktis adalah dengan memilih distro yang banyak digunakan teman atau orang di sekitar kita. Salah satu tujuannya, agar mudah mendapatkan bantuan bila ada masalah. Contohnya, distro yang paling banyak digunakan di Indonesia awalnya adalah Red Hat yang sekarang menjadi Fedora. Yang kedua adalah Mandrake atau Mandriva. Di negara lain (berdasar data di www.distrowatch.com) tidak berbada jauh. Selain Mandrake, saat ini distro Ubuntu juga mulai banyak penggunanya.
(dari : rusmanto-risalah lokakarya dalam sains)
0 komentar:
Posting Komentar