Minggu, 01 Agustus 2010

I’dad (Persiapan) dalam Menyambut Romadhon


“Da’wah yang merupakan minhah robbaniah (anugerah ketuhanan), ni’mah ‘azhimah (ni’mat yang agung) serta risalah ilahiyah (pesan ketuhanan) mendidik kita untuk terus berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri kita di mata AlloH SWT. Dan semoga Romadhon menjadi momentum yang tepat dalam rangka melejitkan seluruh potensi dan amalan kita dalam rangka terbentuknya generasi yang Robbani.”


Alhamdulillah, tanpa terasa perjalanan waktu telah mengantarkan kita semakin dekat dengan bulan Romadhon. Bulan di mana di dalamnya memiliki banyak keistimewaan yang tidak kita temui kecuali di bulan suci ini. Tentu hadirnya bulan romadhon tak ubahnya seperti kedatangan tamu mulia yang selalu kita tunggu kehadirannya. Maka, wajar jika dalam menyambut tamu yang agung nan mulia ini kita pun harus mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin agar kedatangan tamu istimewa ini tidak menjadi sia-sia.

Bahkan Rosululloh pun sudah melakukan serangkaian persiapan, dua bulan sebelum romadhon yaitu semenjak bulan Rojab. Bahkan di bulan Sya’ban pun Rosululloh semakin meningkatkan kuantitas maupun kualitas amalan ibadahnya agar ketika Romadhon tiba beliau sudah dalam kondisi puncak dan prima. Sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra berkata, “Saya tidak melihat Rosululloh saw menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Romadhon. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR. Muslim)


Menarik kalau kita cermati dan kita lakukan studi komparatif (perbandingan) antara Puasa di bulan Romadhon dengan rukun islam yang lainnya. Dalam al-qur’an kita dapat temukan di mana perintah dan ayat yang menjelaskan tentang syahadat, sholat, zakat maupun haji maka kita akan menemui bahwa perintah dan penjelasannya tersebar di alqur’an pada beberapa surat dan ayat. Akan tetapi, khusus untuk puasa di bulan Romadhon, Alloh “hanya” menjelaskannya dalam satu bagian yaitu di surat al-Baqoroh ayat 183-187. Ya, hanya 5 ayat saja yang menjelaskan tentang puasa romadhon.

Tentu ada hikmah tersendiri ketika Alloh menjadikan demikian adanya. Salah satu mungkin hikmah yang dapat kita petik bahwa dengan 5 ayat yang terkumpul dalam satu paket ini agar kiranya kita memiliki ihtimam (perhatian) yang lebih dalam menyambut dan merespon perintah puasa Romadhon ini. Setidaknya ada 5 hal yang perlu kita persiapkan dalam menyambut kedatangan bulan romadhon antara lain;

a. I’dad Nafsiy (persiapan mental/psikologis)

Romadhon yang merupakan muntholaq (titik tolak/starting point) dalam melejitkan amalan yaumiyah dan ibadah kita perlu diawali dengan motivasi mental yang optimal di awalnya. Karena itu dibutuhkan kebersihan niat (shohihun-niyah), kekuatan tekad (quwwatul ‘azam) dan semangat yang bergelora (hamasatul qowiyyah) dalam mempersiapkan mental atau psikologis kita untuk menyongsong hadirnya bulan suci romadhon. Oleh karena itu, inilah yang coba kita bangun dan kita pupuk karena dengan memiliki mental atau psikologis yang optimal maka kita dapat menghadirkan amal yang berkesinambungan (‘amal mutawashil) di bulan romadhon bahkan hingga 11 bulan berikutnya.

Ini pula yang menjadi kunci seseorang untuk istiqomah di jalan da’wah, karena dia memiliki kesucian niat yang dibarengi kekuatan tekad serta semangat yang bergelora sehingga ia mampu menjadi “rashidul harokah” (aset harokah) yang memiliki imtiyaz (keistimewan) berupa banyak amalannya (katsrotul ‘amal) dan luas kebermanfaatannya (waasiul manafi’)

b. I’dad Ruhiy (persiapan ruhiyah/spiritual)

Romadhon sebagai momentum melejitkan amalan ibadah kita pasti memerlukan pemanasan (“warming up”). Untuk itulah i’dad ruhiy diperlukan guna menjadikan pribadi kita tidak “shock” atau kaget karena peningkatan ibadah yang signifikan di bulan romadhon. Coba kita bayangkan tatkala siang hari kita harus berpuasa, di malam harinya kita isi dengan sholat tarawih dan witir, pada sepertiga malamnya kita bangun untuk melakukan qiyamul-lail, pada waktu mendekati fajar kita juga akan bangun untuk sahur, belum lagi pada jeda waktu yang kosong mesti kita isi dengan tilawah, wirid, dzikir, ataupun membaca buku tentu hal itu semua butuh pembiasaan. Dan disinilah urgensi i’dad ruhiy menjadi persiapan yang asasi (pokok) dan menjadi sarana pembiasaan bagi kita agar siap mengoptimalkan ibadah kita di bulan romadhon.

Alangkah sayangnya kalau momentum romadhon tidak kita manfaatkan untuk optimalisasi amalan ibadah yaumiyah kita, karena pada bulan romadhon inilah amalan kita dilipat gandakan oleh AlloH SWT. Bahkan dalam sabdanya, Rosululloh saw menjelaskan keutamaan bagi orang yang menghidupkan malam-malam bulan Romadhon dengan qiyamul lail mendapat ganjaran berupa dihapusnya dosa-dosa yang lalu.

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa yang mendirikan (sholat malam) Romadhon dengan sepenuh iman dan kesungguhan (mengharapkan ridho dan pahala AlloH) maka akan diampunkanlah dosa-dosa yang pernah dilakukan.” (Muttafaqun ‘alayhi)

c. I’dad Tsaqofi/’ilmiy (persiapan tsaqofah/wawasan/ilmu)

Perlu kita pahami bahwa ada 2 kunci utama yang harus kita pahami dalam melaksanakan ibadah yaitu ihklasun-niyah (niat yang ikhlash) dan ittiba’ur-rosul (mengikuti apa yang Rosululloh contohkan). Dua hal inilah yang menjadi syarat diterimanya sebuah ibadah. Mengupayakan niat yang ikhlash ini merupakan bagian dari i’dad nafsiy (persiapan jiwa/mental) sedangkan mengikuti Rosululloh dalam hal tata cara ibadah masuk ke dalam i’dad tsaqofi/’ilmiy. Di sinilah urgensi persiapan ilmu dibutuhkan agar ibadah puasa dan ibadah-ibadah kita yang lainnya bisa diterima di sisi AlloH SWT.

Bagi kita para aktivis da’wah, tentu sudah memahami urgensi betapa pentingnya ilmu. Bahkan, Imam Bukhori pun membuat bab khusus dalam Shohih-nya dengan judul al-‘ilmu qobla al-qoul wal ‘amal (ilmu sebelum ucapan dan amal). Asy-Syahid Hasan alBanna pun menegaskan pentingnya keberadaan ilmu dengan menempatkan ilmu sebelum ‘amal dalam arkanul bai’ah al-asyaroh (10 rukun bai’at). Jadi dengan ilmu, kehidupan kita menjadi terarah dan sesuai dengan yang AlloH perintahkan dan Nabi contohkan.

d. I’dad Jasadi (persiapan fisik)

Tidak kita pungkiri, untuk melaksankan perintah AlloH baik itu dalam hal ibadah, muamalah, ataupun da’wah pasti membutuhkan kondisi fisik yang prima. Keniscayaan ini berlaku umum dan sudah menjadi sunnatulloh bahwa kita dapat merasakan ni’matnya beribadah dan berda’wah manakala kita memiliki kondisi fisik yang prima. Prima dalam artian tidak mutlak harus atletis dan berotot, yang utama adalah sehat dan mampu menjalankan kewajiban dalam beribadah. Romadhon yang siang harinya kita jalan dengan kondisi berpuasa, malam hari yang kita isi dengan sholat tarawih dan tilawah, sepertiga malam yang kita manfaatkan untuk bermuhasabah dan qiyamul-lail, serta belum lagi agenda-agenda struktural kejama’ahan (ifthor jama’i, kuliah dhuha, dauroh) dan agenda sosial kemasyarakatan yang harus kita ikuti tentu menguras energi dan tenaga kita.

Disinilah keutamaan bagi kita untuk mepersiapkan jasadiyah (fisik) kita sehingga begitu Romadhon tiba, kondisi kita dalam keadaan yang fit dan prima. Persipan fisik ini dapat dilakukan dengan menjalankan riyadhoh, menjaga pola makan dan pola istirahat, serta pengaturan waktu yang efektif dalam melaksanakan rutinitas dan kerja kita. Terlebih bagi para aktivis da’wah yang memiliki banyak amanah dan agenda harus mampu menjadikan kondisi fisik tetap prima, sehingga tak berlebihan jika Ustadz Hasan alBanna -dalam Risalah Ta’lim versi aslinya- menempatkan qowiyyul jism (fisik yang prima) diurutan pertama dalam muwashofat (karakteristik) yang harus dimiliki oleh kader da’wah.

Hal ini berkorelasi positif dengan apa yang disabdakan Nabi saw, dimana beliau bersabda,

الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ

“Mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai AlloH daripada mu’min yang lemah”. (HR Muslim, Ibnu Majah, Al Baihaqi, dll)

e. I’dad Maali (persiapan harta)

Persiapan harta atau materi juga tidak bisa kita abaikan dalam menyambut Romadhon. I’dad maali ini jangan disalah tafsirkan sebagai upaya untuk menghamburkan uang dalam mempersiapkan hidangan berbuka atau untuk mubadzir dalam menyambut ‘idul fitri, tapi persiapan harta/materi ini dimaksudkan dalam rangka berinfaq , bershodaqoh, atau memberi makan bagi orang yang berbuka puasa. Nabi saw bersabda,

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ وَلاَ يُنْتَقَصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

“Barang siapa yang memberi ifthor kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi orang yang berpuasa (tersebut)”. (HR Ahmad, Turmudzi, dan Ibnu Majah)

وأفضل الصدقة صدقة في رمضان

“Sebaik-baiknya sedekah yaitu sedekah di bulan Romadhon”. (HR Al Baihaqi, Al Khotib, dan At Turmudzi)

Apalagi jika harta/materi yang kita infaq-kan di jalan AlloH (dengan keikhlasan), tentu akan memberikan balasan berupa kebajikan yang jauh berlipat ganda, ditambah lagi dengan momentum romadhon yang istimewa, tentu tidak bisa kita bayangkan ganjaran yang AlloH berikan sebagai balasannya.

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٲلَهُمۡ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ۬ مِّاْئَةُ حَبَّةٍ۬‌ۗ وَٱللَّهُ يُضَـٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ‌ۗ وَٱللَّهُ وَٲسِعٌ عَلِيمٌ (٢٦١)

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS Al Baqoroh: 261)

Keutamaan Puasa

a. Puasa mempunyai kedudukan yang istimewa di sisi AlloH SWT

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِي وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ حِينَ يُفْطِرُ وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهُ وَلَخَلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ.

“Dari Abu Hurairoh banwasannya Rosululloh saw bersabda, berkata AlloH ‘Azza Wa Jalla bahwa puasa itu untuk Ku dan dan Aku yang langsung membalasnya, (bagi) yang meningglkan syahwat, makanan, dan minumannya karena Aku. Dan puasa itu perisai (tameng) dan bagi orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh bau mulut orang berpuasa lebih harum di sisi AlloH daripada aroma kesturi”. (HR Muslim)

b. Orang yang berpuasa di bulan Romadhon mendapat ampunan

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa berpuasa Romadhon dengan sepenuh iman dan kesungguhan (mengharapkan ridho dan pahala AlloH) maka akan diampunkanlah dosa-dosa yang pernah dilakukan.” (HR Bukhori dan Muslim)

c. Orang yang berpuasa, doa’anya berpeluang besar untuk diijabah oleh AlloH SWT

ثلاثة لا ترد دعوتهم الإمام العادل والصائم حين يفطر ودعوة المظلوم

“Ada tiga orang yang tidak ditolak do’a mereka: orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizholimi”. (HR Tirmidzi)

d. Puasa dapat menjadi perisai dari hal-hal yang tercela dan tidak terpuji

Puasa yang kita jalani secara otomatis akan menjaga diri kita dari perbuatan yang tercela manakala kita benar-benar menjalankan puasa dengan sesungguhnya. Karena itulah puasa dikatakan sebagi perisai atau pelindung dari hal-hal yang berbau syahwat, syuubhat, dan mafsadat (segala yang dapat menimbulkan kerusakan)

الصِّيَامُ جُنَّةٌ

“Puasa adalah perisai (yang melindungi pelakunya dari keburukan)” (HR Muslim)

Lebih dari itu puasa juga dapat membuat emosi menjadi lebih terkontrol dan terkendali serta dapat menjaga kita untuk lebih tenang dan tidak emosional. Sebagaimana yang disabdakan Rosululloh saw,

والصوم نصف الصبر

“Dan puasa itu adalah sebagian dari kesabaran”. (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Keistimewaan Bulan Romadhon

Romadhon sebagai sayyidusy-syuhur (Penghulunya Bulan-Bulan) menegaskan betapa istimewanya keberadaan bulan Romadhon. Di antara keutamaan dan keistimewaan romadhon antara lain:

a. Pada bulan romadhon diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk (Huda) bagi umat manusia dan berisi keterangan-keterangan yang menjadi petunjuk dan sebagai pembeda antara yang haq dan yang bathil

شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ‌ۚ

“Pada bulan Romadhon diturunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan atas petunjuk serta pembeda (antara perkara yang haq dan yang bathil)” (QS. Al Baqoroh: 185)

b. Pada bulan ini terdapat lailatul qodar (malam yang penuh kemuliaan) dimana malam ini merupakan malam yang lebih baik dari 1000 bulan (83 tahun 4 bulan). Pada malam ini pula al-Qur’an diturunkan sebagaimana yang difirmankan AlloH SWT,

إِنَّآ أَنزَلۡنَـٰهُ فِى لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ (١) وَمَآ أَدۡرَٮٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ (٢) لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٌ۬ مِّنۡ أَلۡفِ شَہۡرٍ۬ (٣)

“(1).Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. (2).Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (3). Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qodr: 1-3)

Bahkan dalam sebuah riwayat, Nabi saw bersabda,

وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Dan barang siapa mendirikan sholat pada Lailatul Qodar karena iman dan penuh pengaharapan (akan ridho dan pahala AlloH) niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR Bukhori dan Muslim)

c. Pada bulan ini pintu-pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan para syaithon diikat, sebagai Nabi SAW bersabda,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّة وغلقت أبواب النار وصفدت الشياطين

“Dari Abu Hurairoh ra bahwa Rosululloh saw bersabda: Jika datang bulan Romadhonn, pintu-pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syaithon-syaithon dibelenggu”. (HR Bukhori dan Muslim)

Dalam riwayat yang lain Nabi saw juga bersabda,

“Dari Abu Hurairoh ra diriwayatkan bahwa Rosululloh saw bersabda: Telah datang kepada kalian bulan Romadhon, bulan yang diberkahi. AlloH mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya; pada bulan ini pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan para syaithon diikat; juga terdapat pada bulan ini satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barang siapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa.” (HR Ahmad dan An-Nasa’i)

d. Pada bulan ini banyak keutamaan sehingga dapat kita jadikan sebagai bulan pembinaan (syahrut-tarbiyah), bulan peningkatan ibadah (syahrul ibadah), bulan untuk bertaubat (syahrut-taubah), bulan untuk mengevaluasi diri (syahrul muhasabah) dan juga bulan perjuangan (syahrul jihad).

Demikianlah bagaimana persiapan-persiapan yang harus kita upayakan dalam menyambut Bulan Romadhon yang penuh kemuliaan dan kistimewaan seperti yang telah dijabarkan di atas. Semoga Romadhon yang secara lughowi (bahasa) memiliki arti “membakar” dan “mengasah” mampu memberikan implikasi yang luar biasa bagi pribadi kita.

Membakar dalam artian, romadhon mampu membakar motivasi dan semangat kita untuk lebih baik, membakar dosa-dosa yang kita lakukan sehingga terhindar dari api neraka yang membakar, membakar perilaku negatif dalam diri kita, serta membakar kalori, kolesterol, dan lemak dalam tubuh kita sehingga menjadikan tubuh kita tetap dalam kondisi prima. Di samping itu, dengan hadirnya Romadhon semoga dapat mengasah aqidah dan iman kita agar menjadi lebih tajam dan menghujam; mengasah jiwa dan hati kita menjadi lebih lembut; mengasah akhlaq dan perilaku kita agar menjadi lebih mulia dan berbudi; mengasah akal pikiran kita menjadi lebih luas, jernih, dan cerdas; serta mengasah fisik dan jasadiyah kita lebih sehat dan prima.

Amiin Ya Robbal ‘alamin.

Wallohu’alam bish-showab wa lilLaHil ‘izzah. (ZQ)

Bacan, Ahad, 1 Agustus 2010, 18:22 WITA

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Subhanallah. Semakin tergugah untuk menikmati Ramadhan

Posting Komentar